Junk Food
GAYA hidup modern dengan segala sesuatu yang serba praktis seringkali membuat Anda mengonsumsi makanan siap saji. Akan tetapi, sebelum meneruskan pola makan seperti ini, ada baiknya mempertimbangkan dulu dampak buruknya bagi kesehatan. Tidak hanya menjadi pemicu obesitas, makanan cepat saji atau yang lebih dikenal dengan fast food ini juga bisa menurunkan kepadatan tulang.
Fast food mengandung banyak lemak, sodium, dan gula yang telah dinyatakan bisa menurunkan kepadatan tulang.
Selain itu, fast food juga tidak mengandung nutrisi yang seimbang karena proses memasaknya yang tidak bisa dikontrol. Beberapa jenis fast food kaya akan minyak dan mentega, yang tentunya juga tanpa ada jaminan kebersihan, dan hampir tidak tersedia pilihan fast food dengan kadar lemak yang dikurangi. Di samping itu, fast food juga cenderung hanya mengandung sedikit sayur dan buah.
Fast food biasanya sejalan dengan soda atau kola sebagai minumannya. Tahukah Anda, soda dan kola mengandung banyak fosfor, mineral yang akan membentuk asam di dalam tubuh. Penelitian telah menemukan, fosfor bisa mengganggu kemampuan tulang dalam menyerap kalsium. Sebuah studi yang dipublikasikan di Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine menunjukkan, remaja perempuan yang minum banyak soda berisiko lebih tinggi mengalami patah tulang dan osteoporosis.
Selain itu, minuman ini juga banyak mengandung gula sederhana yang sama berbahayanya dengan gula dalam menyebabkan penurunan kepadatan tulang. Masa remaja, merupakan puncak pembentukan tulang (sekitar 40-60%), ada baiknya memilih diet dari whole foods dan minuman yang bebas dari risiko penurunan massa tulang.
Meskipun Anda merasa mengonsumsi fast food dalam jumlah sedang, para peneliti menyatakan bahwa risiko Anda mengalami obesitas tetap lebih besar. Perbedaan antara fast food dan makanan yang dimasak di rumah, menurut peneliti, adalah jumlah kandungan kalori dalam 1 takaran yang sama.
Jumlah kalori yang seharusnya Anda konsumsi dalam sehari bisa dipenuhi hanya dengan sekali makan di fast food outlet dengan mengonsumsi makanan seperti burger, kentang goreng, minuman dan makanan penutup. Menurut para pakar biologi, makan fast food berlebih bisa memicu perubahan psikologis yang bisa menghentikan kerja hormon-hormon dalam mengirim sinyal kenyang. Karna itu, Anda akan terus makan tanpa sadar.
Dalam kondisi normal, hormon-hormon ini akan mengontrol proses makan dan berat badan. Leptin misalnya, akan secara terus-menerus dikeluarkan oleh sel-sel lemak. Kadar leptin dalam darah mengindikasikan status persediaan lemak tubuh. Sinyal ini selanjutnya akan dibaca oleh hypothalamus, area otak yang mengatur kebiasaan makan, dan menjadikan ini sebagai panduan dalam menjaga kestabilan persediaan.
Masalah, menurut endocrinologist dari University of Washington di Seattle Michael Schwartz, akan timbul pada mereka yang kelebihan berat badan. Mereka yang obesitas, menurut Schwartz, akan kebal terhadap leptin."Otak akan kehilangan kemampuan dalam merespon hormon-hormon ini jika lemak tubuh meningkat," tutur Schwartz, seperti dikutip situs womenfitness.
Semakin banyak lemak yang terdapat dalam tubuh, maka hypothalamus akan semakin tidak sensitif. Pada akhirnya, hypothalamus akan menganggap kalau jumlah berlebih dalam tubuh sebagai jumlah yang normal. Dan selanjutnya, setiap penurunan jumlah leptin dibaca sebagai isyarat lapar. Dengan begitu, frekuensi dan jumlah makan Anda akan berlebih
Penyakit yang dapat ditimbulkan karena mengkonsumsi JUNK FOOD
1. Junk Food Bisa Merusak Sel-Sel Otak
Para ahli di Amerika Serikat kembali memperingatkan bahaya kebiasaan rutin menyantap makanan sampah atau junk food.
Menurut riset terbaru, makanan dengan kandungan lemak tinggi, tetapi nilai gizi nol ini dapat merusak sel-sel dalam otak yang mengendalikan berat badan, dan memicu siklus obesitas. Temuan ini juga memberikan penjelasan mengapa orang yang kegemukan begitu sulit menurunkan berat badan.
Dalam penelitiannya, para ahli dari Universitas Washington memberikan tikus-tikus di laboratorium dengan jenis makanan yang mereka sebut dengan “diet lemak tinggi orang American”. Hanya berselang tiga hari, tikus-tikus ini semakin rakus dan meningkatkan asupan kalorinya hingga dua kali lipat.
“Gliosis dipertimbangkan sama dengan pemulihan luka pada otak dan secara khusus tampak pada kondisi cedera saraf, seperti stroke dan multiple sclerosis. Kami berspekulasi bahwa gliosis yang kami lihat mungkin sebagai respons proteksi yang gagal. Kami juga mendeteksi adanya kerusakan dan kehilangan yang nyata dari sel-sel saraf yang penting dalam mengendalikan berat badan,” papar Thaler yang mempresentasikan risetnya dalam pertemuan tahunan The Endocrine Society’s ke-93 di Boston.
2. Junk Food Bisa Beresiko Stroke
Penelitian yang dilakukan di Amerika menemukan kalau anak-anak usia 6 tahun yang sejak kecil sudah makan fastfood memiliki kecenderungan terkena stroke lebih besar karena umumnya mereka menderita obesitas. Tubuh mereka yang masih mengalami proses pertumbuhan dipaksa mencerna makanan dengan kandungan garam dan lemak yang tinggi.
Menurut penelitian ada sekitar 5.500 anak di bawah usia 16 tahun yang ada di sebagian besar rumah sakit di Inggris mengalami masalah obesitas sejak 5 tahun terakhir. Hal ini karena tingginya konsumsi fastfood pada anak-anak sejak usia dini. Iming-iming hadiah yang dicantumkan pada setiap iklan junkfood menambah tingginya tingkat konsumsi fastfood pada anak-anak.
Di Indonesia, tidak sedikit produsen fastfood yang memberikan iming-iming hadiah lucu dan menarik buat anak-anak. Namun kesigapan para orangtualah yang dituntut untuk berperan disini. Pastikan anak Anda tidak terlalu sering mengkonsumsi fastfood apalagi pada usia yang terbilang dini. Agar tumbuh kembang anak pun berlangsung normal.
3. Junk Food Bikin Otak Menyusut
Junk food dikenal sebagai jenis makanan yang tinggi kalori tapi tidak ada nilai gizinya. Ternyata makanan ini tidak hanya bisa memicu penyakit, namun juga bisa membuat otak menyusut.
Seseorang yang sering mengonsumsi junk food akan menyebabkan kelebihan berat badan bahkan hingga obesitas karena tingginya kadar lemak. Dan lemak berlebih ini diketahui bisa membuat otak jadi menciut.
Makanan ini tidak hanya bisa mengubah struktur fisik otak, tapi juga memicu masalah memori dan peningkatan risiko demensia serta membuat usia bagian abu-abu otak menjadi lebih cepat tua, yaitu kira-kira 16 tahun lebih cepat.
sumber :
forum kompas
indo junkers